Teori Lima Jari dalam Pemerintahan
Dari jari tangan kita
tersirat gagasan besar tentang hakikat mengatur Negara, dengan memakai
perumpamaan itu dapat di sebutkan :
Jari
paling kecil adalah sebagai rakyat, rakyat sebagai bagian dari institusi Negara
memang segmen paling kecil dan sering di jadikan sebagai pelengkap penderitaan.
2.
Jari manis
Jari
manis di ibaratkan sebagai seniman, sesuai namanya, seniman merupakan pemanis
kehidupan. Seniman akan memberi warna pada denyut nadi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tak bisa dibayangkan jika dalam sebuah Negara tidak ada seorangpun
seniman, atau Negara yang terlalu banyak membungkam kreasi seni para senimannya
seperti zaman orde baru yang telah lalu
3.
Jari tengah
Jari
tengah adalah golongan swasta, pemilik modal dan konglomerat
Memang
benar, pada nyatanya di Negara kita golongan ini lah yang paling banyak
menonjol dalam pergerakan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini,
tanpa mereka pembangunan di Indonesia akan sulit tercapai. Pemilik modal/pihak
swasta merupakan bagian terpenting dalam sebuah Negara yang sudah modern atau
menuju kepada modern. Pihak swasta dan para konglomerat merupakan pelaku utama
dalam kehidupan ekonomi di Negara ini.
Jari
telunjuk adalah golongan orang-orang cendekiawan, cendekiawan merupakan orang
yang menggunakan kecerdasannya untuk menggagas, memberikan masukan kepada
penguasa dan berperan aktif dalam jalannya pemerintahan di Negara ini. Tidak
bisa dipungkiri, golongan cendekiawan merupakan bagian utama dalam sebuah
Negara, karena dengan pemikirannya, gagasannya dan kecerdasannya mereka mampu
merumuskan dan memberikan arahan yang positif kepada penguasa untuk melakukan
tindakan yang terarah.
5.
Ibu jari atau jempol
Ibu
jari atau jempol adalah golongan penguasa, kaitannya dengan pemerintahan adalah
seorang kepala Negara. Kepala Negara yang baik tentu akan memperhatikan nasib
rakyatnya, memperhatikan kecukupan sandang, pangan dan papannya supaya bisa
hidup layak seperti yang lainnya. Jempol merupakan ibu jari yang bisa merangkul
jari kelingking. Sudah sepantasnya sebagai kepala Negara, seorang presiden yang
baik merangkul rakyatnya.
(
Dikutip dari buku Strategi Bisnis karya
AM. Lilik Agung )
Jari
kelingking atau rakyat merupakan hal yang esensial untuk selalu diperhatikan,
jika tidak adanya kelingkin maka fondasi jari kita tidak akan sempurna dan
tidak lengkap. Jempol tanpa keempat jari lainnya akan lemah dan tak berdaya,
demikian pula sebaliknya, jari tangan akan kuat dan kokoh jika bersatu dan
dikepalkan.
Dalam
kehidupan bernegara, presiden merupakan pangkal dalam sebuah pengambilan
keputusan, maju mundurnya Negara ini adalah bagaimana dalam menerapkan sebuah
kebijakan yang tepat dalam suasana yang tepat.
Presiden
sebagai ibu jari dapat merangkul jari kelingking dengan mudah, harusnya hal itu
di terapkan oleh presiden kita untuk mau mendengarkan nasib dari rakyatnya dari
sabang sampai merauke yang menderita karena aspek-aspek tertentu.
Presiden
sebagai gambaran ibu jari jangan selalu tegak karena hal itu merupakan aksen
negative dalam sebuah tatanan Negara, jika kita cermati dalam teori lima jari
ini, jari kelingking sebagai rakyat tidak dapat menyentuh ibu jari yang tegak.
Dalam kaitannya dengan hal seperti ini, ibu jari lah yang merangkul jari
kelingking untuk bersatu dan bahu membahu dalam menjalankan roda pemerintahan
di Negara ini. Ibu jari harus terbuka terhadap jari kelingking, ibu jari jangan
selalu tegak dengan tidak mau mendekati jari kelingking.
Ibu
jari adalah pemeran utama dalam sebuah tatanan pemerintahan, karena ibu jari
merupakan pengambil keputusan yang final, jari tengah tidak akan lancar
menjalankan sebuah aktivitas pembangunan atau melakukan kegiatan perusahaannya tanpa adanya izin dari ibu jari yang mempunyai
wilayah dan kebijakan.
Ibu
jari atau jajaran pemerintahan memegang peranan yang sangat penting dalam
sebuah kegiatan ekonomi, kegiatan diplomatic, kegiatan pembelajaran dan
kegiatan lainnya. Seorang seniman akan dengan mudah melakukan aksi dan
kegiatannya apabila langkah mereka di dukung oleh jajaran pemerintah atau ibu
jari dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan aspirasi yang di
inginkan oleh para seniman.
Para
cendekiawan, erat kaitannya dalam proses pembelajaran, harus tunduk kepada
kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah, karena pemerintah berwenang
mengurusi dan menetapkan kebijakan yang selaras dengan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan.
Dalam
teori lima jari ini, ibu jari yang baik harus terbuka dan saling bahu membahu
dengan ke empat jari lainnya supaya dapat menciptakan cita-cita yang di
inginkan dalam UUD 1945.
Jadi
erat kaitannya dalam penerapan teori lima jari dalam pemerintahan ini adalah
rakyat, seniman, pengusaha ataw pihak swasta, para cendekiawan dan kepala
Negara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling
melengkapi satu sama lainnya.
Aang
Abdu Muamar Rouf
Mahasiswa
Adm. Negara
UIN
SGD Bandung
Cibiru-Kota
Bandung
Labels: KREASI AANG
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home