13 July 2012

GAYA MANAJEMEN KONFLIK

GAYA MENANG-KALAH

Adalah sikap mental bersaing yang paling akhir. Dalam model pegangan manajerial, gaya ini memberikan perhatian maksimum pada tujuan pribadi dan memiliki perhatian yang minimum pada hubungan. Inilah gaya yang disebut fisher posisi "keras". Gaya menang-kalah dalam penanganan konflik berasumsi bahwa:
  • Suatu Konflik adalah suatu kontes kemauan
  • Peserta-peserta adalah lawan
  • Lawan tidak bisa dipercaya
  • Suatu posisi yang memiliki benteng pertahanan adalah efektif
  • Ancaman dan sikap tegas adalah efektif
  • Tujuannya adalah kemenangan
Orang yang mempunyai gaya menang-kalah berasumsi bahwa kemenangan bukan sekedar hal yang penting melainkan hanya satu-satunya. Mereka melihat konflik dan perbedaan-perbedaan sebagai hal yang alami dan tak dapat dihindarkan, dan mereka percaya bahwa sementara sebagian orang mempunyai keterampilan untuk menang, dan lainnya tidak. Akhirnya, yang benar yang akan menang. Oleh karena itu, siapa saja yang benar harus mempertahankan kebenaran itu
 
GAYA KALAH-MENANG
 
Dalam gaya penanganan konflik ini, tujuan-tujuan pribadi dikorbankan demi hubungan baik. Fisher menyebut ini posisi "Lunak" atau "mari bersahabat". Gaya ini berasumsi bahwa :
  • Konflik harus dihindari
  • Peserta-pesertanya adalah teman
  • Peserta-pesertanya dapat dipercaya
  • Kelonggaran dan tawaran mempererat hubungan
  • Tekanan menuntut kepatuhan
  • Tujuannya adalah kesepakatan
Psikologis yang mendasari gaya konflik ini adalah gagasan bahwa perbedaaan-perbedaan mendorong orang terpisah-pisah. Tetapi psikologis ini gagal untuk mengakui kenyataan bahwa rasa hormat yang otomatis kepada orang lain adalah bentuk lain dari suatu penolakan.

GAYA KALAH-MENINGGALKAN

Gaya ini merupakan penghindaran penuh dari konflik. Mereka yang mempunyai gaya penanganan konflik ini akan mencoba semampu mereka untuk menghindari segala masalah yang kelihatannya memecah belah. Mereka secara fisik menjaga jarak, bungkam, menceritakan lelucon-lelucon, atau melakukan segala sesuatu untuk mengalihkan perhatian dari permasalahan. Gaya ini berasumsi bahwa :
  • Konflik adalah tidak rasional
  • Konflik dapat diabaikan
  • Perilaku menghindar dapat diterima
  • Para pengamat tidak perlu menjadi peserta
  • Tujuannya adalah kerelaan tanpa komitmen
Dengan mempercayai bahwa konflik adalah tidak rasional, gaya konflik ini berpendapat bahwa inilah cara yang terbaik untuk tidak menghadapi konfrontasi yang tak ada gunanya.

GAYA KOMPROMI

Gaya ini dalam beberapa hal merupakan varian atau bentuk yang menyimpang dari gaya "keras". Orang-orang yang berkompromi bersedia untuk menyerahkan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu atau tawar-menawar. Contoh terbaik dari gaya ini adalah sistem politik Amerika dan penerapannya. Posisi kompromi berasumsi bahwa :
  • Konflik akan tunduk pada tawar-menawar
  • Para pesertanya harus mengikuti aturan-aturan
  • Para pesertanya harus menunjukan itikad yang baik dengan saling memberikan kelonggaran
  • Para pesertanya dapat melebih-lebihkan tuntutan mereka, karena tahu bahwa pada akhirnya mereka harus membuat kelonggaran
  • Para pesertanya harus tangguh
  • Tujuannya adalah kompromi
Bagi orang yang berkompromi, kemajuan dan kebaikan bersama dipertaruhkan dalam suatu konflik. Oleh karena itu, kita semua seharusnya mau memberi sedikit untuk menerima sedikit. Psikologi yang mendasari orang-orang adalah mengurangi kekalahan dan menekankan hasilnya. Bagaimanapun juga, setengah potong roti tetap roti.

GAYA MENANG-MENANG

Gaya ini merupakan pendekatan kolaboratif, atau tawar-menawar berprinsip. Para pesertanya adalah pemecah masalah yang mencoba untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Mereka menekankan kepentingan semua peserta. Posisi menang-menang berasumsi bahwa:
  • Konflik adalah hal yang alami dan dapat dipecahkan
  • Para pesertanya adalah pemecah masalah
  • Semua peserta harus dilibatkan
  • Kepentingan semua peserta pantas mendapatkan perhatian dan dihargai
  • Kriteria dan alasan yang objektif merupakan pemecahan masalah yang esensial
  • Tujuannya adalah hasil yang bijaksana, yang tercapai secara efektif
Pendekatan ini menyatukan sumber-sumber intelektual dari semua peserta untuk menghasilkan suatu ragam pilihan yang saling menguntungkan. Pilihan-pilihan yang tidak tampak pada awalnya, akan muncul ke permukaan melalui pemecahan masalah yang aktif.  Fokusnya bukan pada paksaan atau persuasi melainkan pada pemecahan masalah dan prinsip-prinsip.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home