PEMIMPIN MODEL GAMELAN
Gamelan merupakan musik demokratis. Mitos lama beranggapan, gamelan merupakan sebuah orkestra musik yang monoton, statis dan menjemukan. Bahkan karena dianggap saking monoton dan menjemukan, seorang tokoh pernah berucap : Filsafat gamelan menyebabkan kreativitas masyarakat tidak tersalurkan, demokrasi menjadi terhambat. Dalam gamelan, masing-masing alat tidak dapat memainkan tembang secara individual. Artinya, rakyat bersikap pasif dan partisipasi masyarakatpun menjadi semu.
Gamelan merupakan komunitas musik yang menuntut masing-masing individu pemain untuk menjaga keharmonisan. Dalam gamelan, setiap penabuh bukan saja boleh, tetapi harus berimprovisasi. Jika irama ditingkatkan menjadi rumit, improvisasi tersebut lebih dituntut untuk mengisi panjang tempo ( H. Sujiwo Tejo, 1996).
Lebih hebat lagi, setiap individu penabuh diwajibkan menguasai segala jenis gamelan. Mulai dari saron, bonang, kendang, hingga gong, semua harus menguasai. Itulah filosofi gamelan. Komunitas musik yang menjaga keharmonisan dan menuntut pemainnya untuk menguasai segala jenis gamelan. Gamelan juga memberi kebebasan mutlak kepada individu untuk berimprovisasi. Itu pula filosofi yang dipegang oleh setiap pemimpin.
Pemimpin sering di definisikan sebagai seorang yang berusaha menetapkan konsep. Atau, pendapat lain mengemukakan, seorang leader harus mampu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan dan mampu memelihara perbedaan untuk dipadukan.
Bagaimana caranya seorang pemimpin mampu mempengaruhi kelompok dan mampu memelihara perbedaan untuk dipadukan ??
Jawabnya gampang : Belajarlah menabuh gamelan. Atau minimal, belajarlah mengapresiasi musik gamelan. Untuk menjadi penabuh gamelan, Anda dituntut menjadi manusia penyabar. Kesabaran merupakan kunci utama pemain gamelan. Kesabaran pula yang perlu di utamakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan memelihara perbedaan agar dapat dipadukan. Kesabaran perlu karena isi kepala masing-masing anak buah berbeda, Ada anak buah ekstraver (selalu menonjol, tingi hati), Ada pula anak buah introver (rendah diri). Seorang pemimpin memang harus mempunyai kesabaran tetapi disamping itu, pemimpin juga dituntut untuk menguasai segala permasalahan, pengetahuan, tingkah laku dan sekaligus mampu mengapresiasikannya di dalam organisasi sehingga diperoleh sebuah organisasi yang harmoni yang mengakui keberagaman.
Petikan Sapto Raharjo pada Festival Gamelan, 4 Juli 1996, " Hai para pemimpin, dengarkanlah gamelan. Di sini pada musik gamelan nuranimu akan terbuka "!!
Referensi :
Agung, A.M. Lilik. 1997. Strategi Bisnis;Marketing dan Manajemen. Andi:Yogyakarta
Labels: KREASI AANG
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home