21 June 2013

RASIO LIKUIDITAS

Kita sering kali mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang (kewajibannya) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih, atau terkadang perusahaan juga sering tidak memiliki dana untuk membayar kewajibannya tepat waktu. Mengapa hal tersebut terjadi ? karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk menutupi utang yang jatuh tempo tersebut.
Kasus seperti ini akan sangat mengganggu hubungan baik perusahaan dengan para kreditor, atau juga dengan para distributor. Dalam jangka panjang, kasus ini akan berdampak pula kepada para pelanggan (konsumen). Artinya pada akhirnya perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang selama ini membantu kelancaran usahanya. Padahal kita tahu bahwa kepercayaan dari berbagai pihak terhadap perusahaan merupakan modal utama perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.
Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakanrasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

b.      Tujuan dan manfaat rasio likuiditas
1.      Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
2.      Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan
3.      Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang
4.      Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan
5.      Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang

c.       Jenis-jenis rasio likuiditas
1.      Rasio lancar
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.
Rumus untuk rasio lancar :
Current ratio =
Aktiva lancar
Utang lancar

2.      Rasio cepat
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. Untuk mencari quick ratio, diukur dengan total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai sediaan. 
Rumus untuk mencari rasio cepat :
Quick ratio =
Current assets - inventory
Current liabilities
Atau
Quick ratio =
Kas + bank + efek + piutang
Current liabilities

3.      Rasiokas
Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan dari bank.
Rumus rasio kas adalah :
Cash ratio =
Cash or cash equivalent
Current liabilities
Atau :
Cash ratio =
Kas + bank
Current liabilities

4.      Rasio perputaran kas
Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas (cash turn over) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancar terhadap utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal bersih yang dimiliki perusahaan, sementara itu, modal kerja kotor atau modal kerja saja merupakan jumlah dari aktiva lancar. Hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut :
a)  Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti, ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihannya
b)      Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang sedikit.
Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut :
Rasio  perputaran kas =
Penjualan bersih
Modal kerja bersih

5.      Inventory to Net Working Capital
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.
Rumusan untuk mencari Inventory to Net Working Capital dapat digunakan sebagai berikut :
Inventory to NWC =
Inventory
Current assets - current liabilities


sumber : 

Labels:

19 June 2013

KEPEMIMPINAN - TEORI PARTNERSHIP BUILDING

Teoriini menekankan pada kemampuan pemimpin untuk dapat mengembangkan hubungan yangefektif dengan sejumlah besar bawahan. Teori ini lebih menekankan pada bagaimana seorang pemimpin bekerja sama dengan setiap bawahan satu persatu untuk menciptakan hubungan seperti rekan kerja yang menguntungkan kedua belah pihak.
Pemimpinyang efektif harus mampu memebrikan seluruh bawahan akses untuk pertukaran hubungan pemimpin-bawahan yang berkualitas. Pemimpin memandang setiap bawahansecara khusus dan membimbing mereka secara individual dengan cara positif. Hubungan positif tersebut bisa mempunyai bentuk yang berbeda-beda untuk setiap orangnya. Misalnya, salah seorang bawahan dibimbing dengan orientasi pertimbangan, sedangkan bawahan lainnya dengan penekanan pada orientasi tugas sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh bawahan saat itu. Jika hubungan pertukaran pemimpin-bawahan yang positif terjadi untuk setiap individu, maka hasil yang akan dicapai oleh organisasi sangat besar seperti meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan. Pemimpin memberikan dorongan, bimbingan, motivasi danlatihan, dan bawahan akan meresponnya dengan produktivitas kerja. (George Grean& Mary Uhl-Bien, 1995.)