Solusi Konsumen
Era
sekarang merupakan suatu kondisi dimana keunggulan kompetitif merupakan syarat
bagi kesuksesan perusahaan. Konsumen begitu dimanjakan dengan begitu banyak
pilihan untuk memutuskan mana yang akan dibeli, sementara pihak perusahaan
dihadapkan pada persoalan yang mahapelik pesaing. Pilihan perusahaan untuk
tetap eksis pun Cuma satu, memenangkan persaingan, caranya ? dengan
meningkatkan kualitas pelayanan.
Hanya
saja masalahnya, banyak pemimpin perusahaan tidak pernah memikirkan berapa nilai
ekonomis setiap pelanggannya, sehingga mereka juga tidak menyadari berapa
banyak pelanggannya yang hilang setiap tahun karena tidak dilayani dan dirawat
dengan baik. Pelayanan masih merupakan hal langka, masih menjadi luxury, merupakan komplimen dan optional,
bukan suatu paket yang sudah standar.
Pelayanan
kepada konsumen (customer service)
memang sudah banyak didiskusikan oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu.
Seminar dibuka denga tepuk tangan
meriah, diliput puluhan kuli tinta media massa, disorot kamera televise, namu
sudahkah aneka macam seminar, workshop, panel diskusi, dan training yang
menyoal customer service benar-benar di realisasikan dalam menjalankan
perusahaan ? sulit untuk menjawab pertanyaan yang satu ini.
Seperti
dikatakan Johanes Lim Ph. D,. penerapan customer service sendiri harus melewati
berbagai tahap. Tahap pertama, tindakan kuratif yaitu dengan mengedapankan customer service. Tahap kedua,
tindakan preventif dengan aksi excellen
service. Tahap berikutnya, tahap ketiga, tindakan antisipatif dengan
menerapkan TCSS.
Untuk
kasus yang dihadapi Indonesia, banyak perusahaan masih berkutat pada fase
pertama, yaitu menjalankan customer service sebagai tindakan kuratif. Dari
banyak perusahaan itupun masih banyak pula perusahaan yang belum mampu
melaksanakan tahap pertama ini.
Fase
kedua, tindakan preventif, dengan menjalankan program excellen service. Tujuan utama yang sebenarnya adalah untuk lebih
memuaskan kebutuhan pelanggan dan sekaligus mencegah timbulnya persoalan (complain) dari pelanggan. Tindakan yang
digunakan adalah dengan menciptakan product
plus atau value added. Namun
sayang, excellen service sering gagal
untuk direalisasikan sesuai konsep karena penerapannya bukan sebagai the program melainkan hanya sebagai a program dan bersifat sporadic.
Fase
paling mutahkir, fase ketiga, yaitu tindakan antisipatif terhadap perubahan
perilaku pasar dengan mengedepankan TCSS. TCSS dimaksudkan sebagai the program, sebagai strategi utama
perusahaan agar menjadi competitive
adventage bukan sebagai value added.
Oleh sebab itu TCSS mempunyai sifat fundamental, radikal, dan revolusioner
dengan melibatkan semua level dan semua department. Jika dipandang mendesak,
maka dapat pula digunakan reengineering
terhadap infrastruktur dan operasional perusahaan.
Gerakan
TCSS supaya tidak berhenti dalam dataran konsep semata, Johanes Lim PhD lantas
member solusi sukses guna peningkatan kinerja perusahaan. Solusi tersebut,
pertama, business linked, quality service merupakan isu mendasar.
Quality service tidak boleh dipandang sebagai pilihan ekstra. Program quality
service dianggap sebagai sebuah investasi, bukan cost. Karenanya mereka yang
mempercayai hal diatas haruslah menunjukkan kepada mereka yang meragukannya
bahwa hal di atas dapat memberikan suatu hubungan timbale balik yang
menguntungkan.
Solusi
kedua, led from the top. Consensus
yang ditetapkan perusahaan harus berasal dari top timnya. Kepemimpinan yang
piawai, kritis, dan dapat mempengaruhi pemikiran orang lain hanya dapat
dilakukan oleh top leader. Pemimpin
harus melihat pelayanan sebagai bagian dari tugas manajemen. Karenanya pemimpin
harus memiliki strategi untuk mempengaruhi orang-orang dalam rentang kendalinya
agar meningkatkan pelayanannya secara kontinyu.
Solusi
ketiga, empowerment. Istilah ini menegaskan
bahwa pegawai yang berada di garis depan harus mampu menerima tanggung jawab
bahwa merekalah pemegang kunci didalam menciptakan pengalaman para pelanggan.
Pihak manajemen sendiri harus melatih pegawai garis depan untuk dapat
memberikan hal terbaik bagi konsumen, serta memberikan pengakuan dan
penghargaan atas usaha-usaha mereka.
Solusi
keempat, supporting by training, selection and introduction.
Kesuksesan
di dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap konsumen jelas tidak melalui
jalan pintas. Hanya diperlukan 2% untuk inspirasi, sisanya 98% merupakan kerja
keras, dedikasi dan determinasi. Sangat dibutuhkan adanya training untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan yang diharapkan. Perekrutan orang-orang
berbakat lebih ideal dimasukan ke dalam budaya pelayanan perusahaan.
Sumber :
AM. Lilik Agung. 1997. Strategi Bisnis : Marketing dan Manajemen.
Yogyakarta : Andi